Rabu, 30 Januari 2013


Bikin Pupuk Kandang Sendiri Yuk !


Bagi para pecinta tanaman nama pupuk kandang sudah tak asing lagi. Bahan yang satu ini biasa dipakai campuran media tanam untuk mendapatkan hasil tanaman yang bagus dan prima. Di pasaran telah banyak beredar pupuk kandang yang dikemas dengan ukuran tertentu dan siap digunakan, bagi masyarakat perkotaan hal ini sangat praktis dan tinggal pakai.
Namun apakah pupuk kandang yang dijual di pasaran telah masak / matang atau terfermentasi secara sempurna ? Salah-salah tanaman kesayangan malah merana bahkan mati jika kita beli pupuk kandang dipasaran yang belum jadi beneran.
Terus bila kita memiliki banyak tanaman berarti perlu banyak pupuk kandang yang tentunya akan ada biaya ekstra untuk pembelian pupuk kandang dalam jumlah banyak. Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan membikin bahan itu sendiri.

Jika disekitar kita terdapat banyak kotoran ternak seperti sapi, ayam dll kita dapat memanfaatkanya sendiri menjadi pupuk kandang. Tanpa panjang lebar, mari kita bahas bagaimana membikin pupuk kandang yang murah, praktis dan tentunya dalam waktu yang cepat.
Pertama siapkan Fermentator yang berfungsi memfermentasi kotoran hewan atau sampah organik, dalam hal ini saya sering menggunakan SUPER DEGRA. Sekedar catatan, saya menggunakan Super Degra karena harga yang relatif murah, dan dapat memfermentasi kotoran ternak dengan waktu yang relatif singkat (4 hari).


Dosis 1 liter Super Degra, jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal, digunakan untuk 900 kg pupuk kandang, 75 kg sekam mentah, 25 kg dedak katul sehingga kita dapatkan hasil 1.000 kg pupuk kandang siap pakai. Namun jika Anda susah untuk mendapatkan dedak katul ataupun sekam mentah tidak masalah.
Berikut tahapan yang saya lakukan :


Siapkan kotoran ternak (dalam hal ini saya gunakan pupuk kandang dari sapi), kurang lebih sebanyak 2-3 karung plastik, hamparkan di tanah


 Kemudian tambahkan sekam mentah kira-kira 1 ember plastik 5 literan, (saya tidak menggunakan dedak karena susah mendapatkannya he he he )


Aduk kedua bahan tadi secara merata


Siapkan Super Degra, masukkan kedalam ember / gembor dengan dosis 2 cc / liter. Untuk bahan diatas saya gunakan satu tutup setara 20 cc.


Siramkan larutan pada campuran pupuk kandang dan sekam tadi secara merata, kalau bisa gunakan gembor agar air tersiram secara merata pada pupuk kandang.


Gunakan sebagian larutan dulu, Aduk pupuk kandang yang telah disiram air + Super Degra tadi secara merata, dan ulangi penyiraman sisa dari larutan yang ada dan aduk kembali agar merata. Jika adonan masih terlihat kering dapat disiram kembali dengan air biasa.


 Jika adonan sudah jadi, ditandai dengan : bila kita kepalkan dengan tangan tidak keluar air, dan bila hasil kepalan tidak hancur seperti gambar dibawah, maka proses pengadukan telah selesai.


Selanjutnya bikin gundukan kembali terhadap adonan yang sudah jadi dan tutup dengan penutup agar proses fermentasi berlangsung sempurna.

Tunggu hingga 4 hari, bila sebelum 4 hari suhu adonan terasa panas, buka penutup namun jangan aduk adonan..

Gambar berikut hasil akhir dari pengolahan pupuk kandang yang diuraikan diatas, pupuk kandang tinggal digunakan sebagai campuran media tanam untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimal.



Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk kandang ini adalah :
Buat adonan ditempat yang ternaungi, tidak kena sinar matahari langsung ataupun kena hujan.
Gunakan penutup adonan bukan dari bahan plastik, Anda bisa gunakan karung goni bekas, karpet bekas, tikar bekas atau sejenisnya, asalkan bukan dari plastik. Hal ini agar sirkulasi udara tidak terhambat sehingga suhu tidak meningkat drastis



MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR SENDIRI


Dalam bertani dengan murah dan mudah, salah satu komponen biaya yang dapat dihemat adalah dengan membuat pupuk cair sendiri.Di sekeliling kita banyak sekali bahan baku dan limbah yang dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk cair dalam jumlah besar.

Selain kompos yang berfungsi sebagai pupuk dasar,ada baiknya diberikan juga pupuk cair sebagai pupuk tambahan.Pemilihan pupuk cair ini dengan alasan agar lebih mudah diserap oleh tanaman.Banyak sekali literatur mengenai tata cara pembuatan pupuk cair.

Bahan dan alat yang dibutuhkan:
1.Kotoran domba/kambing
2.Air bersih
3.Ragi tape(boleh ditambahkan dengan mol buatan sendiri)
4.Drum plastik ukuran volume 100-120 liter air

Cara pembuatannya dapat dibuat dengan 4 langkah sederhana,yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini




Dengan cara seperti di atas,dalam waktu seminggu,pupuk cair sudah siap digunakan,cara penggunaannya,campurkan 15 cc pupuk cair untuk setiap 1 liter air,diberikan pada tanaman seminggu sekali.)

Jika sulit untuk mendapatkan kotoran hewan, dapat pula disiasati dengan cara yang diajarkan kang Utju Suiatna dari Ganesha Organic SRI,caranya:

Disiapkan tong plastik untuk diisi dengan air biasa,jika ada air kolam,boleh digunakan karena airnya mengandung populasi mikroba yang besar.Kemudian dikumpulkan daun-daunan dan rumput-rumputan yang mudah busuk seperti daun kipait yang biasa tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan.Baik daun dan rumput dikumpulkan dalam karung goni kemudian diikat.Langkah selanjutnya karung goni direndam di dalam air pada tong plastik.Untuk menambah populasi mikrobanya dapat ditambahkan mol yang dibuat sendiri ke dalam air.Tutup tong plastik rapat,dan dibiarkan selama seminggu.Hasilnya daun kipait dalam karung akan menyerupai kotoran sapi baik dari bentuk maupun baunya,sedangkan airnya akan menyerupai urine sapi.

Pada setiap fase pertumbuhan pada tanaman,diperlukan kandungan tinggi yang berbeda.Pengetahuan akan pupuk dengan unsur N,P dan K tinggi yang berbeda berguna  untuk memahami unsur apa yang sangat dibutuhkan tanaman pada setiap fasenya.Kebetulan ada literatur mengenai cara pembuatan dengan kandungan tinggi yang berbeda.Tulisan ini merupakan pedoman tepat guna dari Universitas Islam Indonesia.


1.Pupuk cair dengan kandungan N tinggi.
   Bahan-bahan:
   - 5 kg akar kacang tanah
   - Mikroorganisme lokal (mol) buatan sendiri
   - 5 kg rumput marenggo,bandotan,daun bambu kering,daun salam,daun sirsak
   - 30 liter air kelapa
   -  1 kg air gula
   - urine sapi
   Alat-alat: parang,ember,plastik,tali,tong plastik
Cara pembuatan: masukkan semua bahan ke dalam tong,tutup rapat dengan plastik.biarkan selama 2-3  minggu.Setelah masa tersebut,pupuk bisa dipakai dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaannya setiap 1 liter pupuk cair dicampur dengan 15-20 liter air.

Pupuk dengan kandungan N tinggi digunakan pada masa pertumbuhan tanaman/vegetatif. Kegunaannya untuk membangun pertumbuhan akar,batang dan daun.


2.Pupuk cair dengan kandungan P tinggi.
   Bahan-bahan:
   - Batang pisang yang dipotong secara vertikal
   - 1 kg gula pasir
   -  Mikroorganisme Lokal (mol) buatan sendiri

Cara pembuatannya:  batang pisang yang sudah dipotong vertikal dimasukkan ke dalam tong dan disusun rapi dengan posisi pori-pori menghadap ke atas,kemudian tong diisi dengan air  yang telah dicampur dengan gula pasir dan mol buatan sendiri.Selanjutnya tong ditutup rapat dengan plastik.Kemudian didiamkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk cair bisa digunakan, dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaanya setiap 1 liter pupuk cair dicampur dengan 15-20 liter air.

Pupuk dengan kandungan  P tinggi digunakan pada masa setelah bunga selesai atau mendekati masa pembentukan buah.



3.Pupuk cair dengan kandungan K tinggi.
   Bahan-bahan:
   - Serabut kelapa
   - 1 kg gula pasir
   - Mikroorgansime Lokal (mol) buatan sendiri.

Cara pembuatannya: semua serabut kelapa dimasukkan ke dalam air yang sudah ditambahkan gula dan dicampur dengan mol buatan sendiri.Didiamkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk cair bisa digunakan dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaan pupuk cair dengan kandungan K tinggi ini diaplikasikan  bersama dengan pupuk cair dengan kandungan P tinggi pada masa tanaman mulai tumbuh dan mulai berbuah.berfungsi untuk mengisi buah.


Cara menggabungkan kedua pupuk cair ini adalah sebagai berikut: 1 liter pupuk cair dengan kandungan P tinggi yang belum ditambah dengan air ditambahkan dengan  1 liter pupuk cair dengan kandungan K tinggi yang sudah ditambahkan dengan 15-20 liter air.Hasil gabungan kedua pupuk cair ini dapat diberikan langsung  ke lahan.


daun marenggo


bandotan


kacang tanah



























daun sirsak



daun salam



Di Jepang, bunga matahari tak sekadar tanaman hias dan solusi mengatasi radiasi nuklir. Ia diandalkan sebagai pemasok fospat di lahan pertanian.
Itulah pemandangan di kawasan pertanian Shonai, Yamagata Prefecture, kawasan Barat-Laut Pulau Honshu, Jepang. Kawasan ini dikenal sebagai sentra produksi kedelai varietas dadachamame. Di sana bunga matahari Helianthus annus ditanam pada lahan yang bersisian dengan lahan kedelai yang tumbuh subur. Bunga matahari ditanam berjarak 75 cm x 30 cm.
Pasca gempa-tsunami yang mengakibatkan bocornya PLTN Fukushima, banyak lahan pertanian di Jepang tak lagi dapat diolah. Terutama di bagian Timur pulau Honshu, meliputi provinsi Fukushima dan Ibaraki. Tanah pertanian di sana tercemar bahan radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Penanaman bunga matahari pun mulai digiatkan untuk menyerap bahan radioaktif dari tanah.
Tapi di kawasan Shonai bunga matahari ditanam dalam skala luas semata-mata untuk penyubur tanah. Isu radiasi tak menjadi momok bagi petani di sini. Jarak antara Fukushima – Shonai cukup jauh, sekitar 200 km. Gunung Gassan yang menjulang setinggi 1800 m dpl serta pebukitan yang berjejer di antara kedua wilayah menjadi sekat radiasi. Radiasi dalam jumlah kecil tetap saja terdeteksi, berkisar 0,042 microsievert/jam. Angka ini dianggap setara dengan tingkat radiasi alami yang dipancarkan batuan di kerak bumi.
Menurut Soma Kazuhiro, petani organis pendiri Gassan Pilot Farm, bunga matahari ditanam pada bentang yang luas—setara dengan luasan kedelai—sebagai bagian dari pergiliran tanaman. Namun begitu bunga matahari tua, ia dibabat begitu saja tanpa dipanen bijinya. Lazimnya bunga matahari dipanen sebagai bahan pangan atau ekstrak minyak. Biomassa bunga matahari dibiarkan membusuk di lahan sebagai pemasok fosfat pada musim berikutnya. Itulah teknik bertani organik untuk memenuhi kebutuhan fosfat kedelai dan tanaman lainnya.

Gilir Tanam

Sejatinya dulu kawasan itu bukan sentra pertanian organik. Semula saat lulus Fakultas Pertanian Universitas pada 1970 Soma Kazuhiro juga menggunakan pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Ia baru beralih ke pertanian organik ketika lahir keinginan tak ingin putranya yang saat itu masih balita mengkonsumsi pangan dari hasil pertanian yang menyisakan residu beracun. Niat Soma gayung bersambut karena bertemu juga dengan sekelompok calon konsumen yang menginginkan makanan sehat dan bebas pestisida sintetik.
Proyek pertanian organik yang ia namai Gassan Pilot Farm pun dimulai di lahan sewaan seluas 5 ha yang tandus dan berbatu. Ternyata sekadar bertani organik boros dan melelahkan. Contoh kebutuhan kompos per tahun mencapai 500 ton alias 100 ton per ha. Padahal hasil panen semua jenis tanaman hanya 200 ton atau 40 ton per ha. Perbandingan antara masukan dan hasil panen sangat tak seimbang.
“Ternyata bertani organik bukan hanya memakai pupuk organik. Saya sadar hal terpenting dalam bertani tanpa bahan sintetis adalah pergiliran tanaman,” tutur Soma. Ia lalu belajar teknik pergiliran tanaman tradisional Jepang dengan menggali pengetahuan petani-petani tua di sekitar Shonai. Fakta itu mirip dengan di tanahair. Sebetulnya bertani organik di Jepang pun sebuah ilmu tua yang dipraktekkan turun temurun sebelum era modern. Ia pun mulai meniru budidaya bergilir padi, keluarga kentang, keluarga kubis, lobak merah (turnip), wortel, dan kacang terutama kedelai.
Dengan rotasi itu Soma menghemat kompos 50%, tanpa mengurangi hasil panen. Produksi beras (bukan lagi gabah, red) rata-rata 4,5 ton per hektar per musim tanam. Sayang, rotasi pun ternyata tak berjalan mulus meski hasil panen stabil. Lambat laun Soma Kazuhiro menemukan gejala tak normal pada sebagian tanaman budidaya, terutama tumbuhan sesayur buah yang sekerabat dengan kentang. Pertumbuhan terung dan tomat cenderung melambat, berpostur pendek, berbatang kurus dan lemah. Tampak pula rona kebiruan pada daun. Sebagian buah berukuran kecil dan berwarna tak cerah. Tanda-tanda itu ia kenali sebagai gejala kekurangan unsur hara fosfat (P).
Usut punya usut lahan di Gassan Pilot Farm banyak mengandung unsur alumunium (Al). Alumunium terlarut dalam bentuk Al3+ punya kemampuan mengikat fosfat yang ditaburkan ke tanah. Fosfat pun terikat dalam bentuk senyawa alumunium phospat (AlPO4) yang mengendap dan tak larut. Fospat dalam bentuk tersebut tak dapat diserap akar tanaman. Akibatnya tanaman kurang mendapat pasokan fosfat.
Menambah konsentrasi batuan fosfat atau fosfat anorganik ke dalam tanah juga bukan jawaban. Bila kebanyakan fosfat cenderung mengendap dan membentuk lapisan yang keras. Ia lantas mencari cara lain sebagai solusi. Dari sebuah buku “Explicit Green Manure Plant” ia menemukan ilham memanfaatkan bunga matahari sebagai pupuk alami sumber fosfat.
Soma Hajime, putra Soma Kazuhiro yang kini memimpin Gassan Pilot Farm mengemukakan hasil penelitian sebuah universitas di Jepang. Ada banyak mikroorganisme yang mampu melepas ikatan Al pada P yang disebut mikroorganisme pelarut fosfat. Mikroorganisme organisme itu terbagi dalam dua kelompok besar yakni, bakteri dan fungi. Ternyata perakaran anggota keluarga kenikir-kenikiran itu selalu didomplengi jamur atau fungi Mycorrhiza Vesicular-Arbuscular (MVA). Mycorrhiza yang berasosiasi dengan bunga matahari termasuk tipe yang mampu melepaskan fosfat yang terikat alumunium. Ia mengeluarkan beragam asam organik dan enzim sehingga P terlepas lalu dapat diserap tanaman inang.
Sejak itu Gassan Pilot Farm menggilir lahan pascatanaman utama dengan bunga matahari. Biomassanya—biasanya berumur 4 bulan bulan pascatanam—dibiarkan membusuk dan terurai menyediakan fosfat siap serap bagi tanaman. Sejatinya teknik itu mirip dengan mengistirahatkan (bera) tanah dalam teknik pertanian tradisional di beberapa wilayah di Indonesia. Bedanya dalam masa istirahat lahan ditanami tanaman yang dapat memulihkan lahan yang “lelah” berproduksi.
“Meski ia bagian dalam pergiliran tanaman, periode penanamannya bisa 10 tahun sekali. Tapi di negeri tropis, bisa saja ditanam dengan frekuensi yang lebih sering dan periode tanam yang lebih singkat,” tutur Hajime Soma.

Layak Tiru
Bungamatahari sebagai pemasok fungi pelarut fosfat mengundang decak kagum Yukiko Oyanagi. Staff ahli pertanian di Asian Rural Institute itu mengaku baru mengetahui hal itu. “Saya sudah berkeliling ke pertanian organik di banyak negara di seluruh Asia dan Pasific, tapi baru menemukan di sini. Ini sebuah terobosan yang ramah lingkungan,” katanya. Ia juga mengakui kondisi tanah jepang banyak mengandung unsur logam seperti alumunium dan besi. Penyebabnya bahan induk tanah kebanyakan berasal dari muntahan material gunung berapi yang banyak terdapat di Jepang.
Kondisi alam Jepang bisa dikatakan serupa dengan di tanahair. Negeri Matahari Terbit itu berada di jalur pegunungan berapi (ring of fire) dan tanahnya cenderung masam. Pada tanah masam, fosfat yang dapat diserap tanaman akan sangat kecil meski diberikan masukan berlimpah dari luar. Fosfor akan terikat oleh alumunium (AlPO4), besi (FePO4), dan kadang terikat oleh mangan (MnPO4).
Di tanah air jenis tanah masam seperti Ultisol, Alfisol, dan Entisol pun banyak mengandung Alumunium terlarut. Bukan tidak mungkin teknik ala pertanian Shonai, Jepang, dapat diadopsi di Indonesia. Ia tentu tak hanya menyuburkan tanah secara alami. Lahan pertanian pun bakal terlihat cantik

Pada 2008 , ketika musim kemarau datang kami nyaris patah arang. Perlu kerja keras dan biaya tak sedikit untuk menyiram tanaman-tanaman yang baru ditanam. Setiap hari tanaman perlu disiram. Pagi disiram, siang tanah sudah kering, sebagian air hilang menguap.
Untung saja saat itu, satu anggota komunitas alami tani di Cijapun menyarankan satu teknik tradisional untuk atasi masalah penyiraman. Teknik penyiraman pakai bambu. Mereka namai lodong. Cara tradisional masyarakat Sunda ini sebenarnya sebuah teknologi tepat guna untuk irigasi tetes (drip irrigation).
Untuk membuat lodong perlu bambu berukuran besar. Potong sepanjang 3 ruas. Buku-buku bambu dibuat tembus kecuali buku paling bawah supaya air dapat masuk dan ditampung di dalamnya. Tapi di salah satu sisi paling bawah bambu dibuat lubang seukuran jarum supaya air dapat menetes keluar.
 Lodong bambu dipasang bertunjang berdiri sejajar pohon. Jarak antar pohon dan lodong kurang-lebih 5 jari. Setelah lodong siap, air dimasukkan ke dalamnya. Lodong dari 3 ruas bambu kuda dapat menampung kurang lebih 10 liter. Lalu akan keluar setetes demi setetes. Sepuluh liter air di lodong dapat bertahan selama 3 hari. Selama itu pula, kelembaban tanah di sekitar perakaran pohon dapat terjaga.

Supaya air yang menetes ke tanah tak hilang menguap, tanah di bawah pohon yang disiram perlu dilindungi dengan menebar jerami atau rumput kering dan bahan organik lainnya.
Dengan cara ini kami menyelamatkan sekitar 600 tanaman durian dan lengkeng di Cijapun dari kekeringan. Yang tak bisa diselamatkan, ya… apa boleh buat. Hehe.







MEMBUAT KOMPOS JERAMI


Kompos merupakan hasil penguraian parsial dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.


Kompos mampu memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk menggunakan kompos cenderung lebih berkualitas dibanding tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, lebih enak dan yang pasti lebih sehat.


Hal yang paling melimpah untuk dijadikan kompos adalah jerami. Jerami yang dihasilkan dari satu areal pesawahan, rata-rata 1,4 dari jumlah hasil panennya. Bayangkan saja jika dari satu hektar lahan sawah menghasilkan 6 ton padi, berarti jeraminya ada 8,4 ton. Dan kalau dibuat kompos dengan hasil rata-rata 60%, maka kompos yang dapat dihasilkan sebanyak 5,04 ton.


Hasil analisa laboratorium terhadap kompos jerami yang dibuat dengan menggunakan bakteri pengurai berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat pembuatannya. Namun demikian perbedaan tersebut tidak lah terlalu signifikan. Berikut adalah salah satu dari hasil analisanya:
-   Rasio C/N............. 21
-   C-Organik............. 35,11%
-   Nitrogen (N).......... 1,86%
-   Fosfor (P2O5)......... 0,21%
-   Kalium (K2O)......... 5,35%
-   Kalsium (Ca).......... 4,2%
-   Magnesium (Mg)...... 0,5%
-   Tembaga (Cu)........ 20 ppm
-   Mangan (Mn).......... 684 ppm
-   Zing (Zn).............. 144 ppm


Kalau mengacu pada nilai sesuai dengan hasil analisa di atas, maka dalam setiap ton kompos jerami memiliki kandungan hara setera dengan 41 kg urea, 6 kg SP36, dan 89 kg KCl atau sama dengan total NPK 136 kg. Dan untuk kompos yang dihasilkan dari satu hektar lahan (5,04 ton) setara dengan 206,64 kg urea, 30,24 kg SP36, dan 448,56 kg KCL. Tentunya jumlah ini cukup untuk dikembalikan lagi ke lahan sawah sebagai pupuk dan pastinya dapat menghemat biaya pembelian pupuk. Sungguh luar biasa, bukan!


Cara-cara pembuatanya adalah sebagai berikut:
1.     Siapkan larutkan dari B-Satu, gula dan air sesuai petunjuk pada label.
2.     Tumpuk jerami, harus diinjak-injak sampai padat, setinggi 25 cm.
3.     Beri kohe diatasnya kira-kira setebal 5 cm. Tahap ini sifatnya opsional, boleh dilakukan, boleh tidak. Kalau dilakukan tentunya akan lebih baik karena dapat memperkaya kandungan haranya.
4.     Taburkan dedak padi halus, tidak perlu tebal cukup tertutup rata saja.
5.     Siramkan larutan yang telah disiapkan ke seluruh permukaan bahan secara merata. Apabila larutan habis dan proses penyiraman belum selesai, larutan harus dibuat lagi.
6.     Lakukan lagi tahap ke-2 sampai ke-5 di atasnya secara berlapis-lapis sampai mencapai ketinggian 1 meter (4 lapis).
7.     Tutup seluruh bahan dengan pelastik yang gelap atau terpal. Usahakan sinar matahari dan air hujan tidak tembus (masuk).
8.     Seminggu sekali penutup dibuka, kemudian bahan kompos dibalik (atas jadi dibawah). Setelah pembalikan selesai, bahan kompos harus ditutup kembali. Tahap ini dilakukan pada minggu ke-1 sampai ke-3.
9.     Setelah 4 minggu, kompos sudah matang (jadi). Kompos boleh langsung disebarkan di sawah atau dikering anginkan dulu.


Kompos yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.     Warna menjadi coklat kehitaman.
2.     Terjadi perubahan bentuk fisik, menjadi remah.
3.     Suhu tidak panas (sama dengan suhu tanah).
4.     Tidak berbau.



Kompos yang sudah matang (jadi)