Rabu, 06 November 2013

FUNGISIDA dan BAKTERISIDA ORGANIK




Latar Belakang
          Selain akibat hama, organisme penganggu tanaman yang seringkali menggagalkan pertanian adalah jamur dan bakteri penyebab penyakit pada tanaman. Bakteri dan jamur penyebab . penyakit ini sangat berbahaya karena penularannya yang dapat melalui air, angin maupun embun selain melalui kontak langsung antar tanaman ataupun dengan perantaraan aneka makhluk hidup. Oleh karenya pengamatan musim atau cuaca serta ketelitian petani menjadi sangat penting.

Tujuan :
] Petani mampu mengenal gejala dini serangan jamur maupun bakteri
] Petani mampu memahami dan dapat mengembangkan aneka sumberdaya hayati untuk fungisida maupun bakterisida
] Petani paham dan trampil membuat aneka formula fungisida dan bakterisida

Materi :
     Ketika tanaman di lahan tiba-tiba menjadi layu dan cepat menular maka patut diduga bahwa tanaman tersebut terkena penyakit akibat jamur ataupun bakteri melalui akarnya. Ketika yang layu hanya sebagian dari batang tubuh tanaman maka bisa jadi disebabkan oleh hama atau penyakit. Kondisi tersebut seringkali membuat petani panik untuk langsung disemprot dengan pestisida tanpa mengamati terlebih dahulu penyebab nyatanya, yang akibatnya hanya membuang biaya. Bahkan akibat air semprotan tersebut malahan menyebabkan penularan yang lebih cepat.
      Gejala umum tersebut biasanya kemudian diikuti dengan busuk akar atau sebagian organ. Setelah beberapa hari baru tercium bau busuk tanaman (gejala serangan bakteri) atau tanaman kering dan tumbuh benang-benang jamur atau bahkan badan sporanya (gejala serangan jamur).
      Penanganan dini yang perlu dilakukan adalah segera membakar atau memendam tanaman yang mati tersebut jauh dibawah daerah perakaran atau bahkan di luar lokasi pertaniannya serta kemudian segera melakukan pengendalian atau pencegahan pada tanaman yang belum terserang dengan fungisida atau bakterisida. Pencegahan dini biasa dilakukan dengan penebaran jenis jamur antagonis atau jamur penyubur yang dapat menggusur atau mencegah perkembangbiakan jamur penyebab penyakit tanaman.
     Fungsi Fungisida adalah untuk membasmi jamur yang menyerang tanaman baik pada akar, batang ataupun daun. Sedangkan bakterisida adalah pembunuh bakteri penyebab penyakit busuk bagian tanaman. Serangan jamur dan bakteri ini biasanya terjadi karena tanah yang terlalu basah, terlalu asam, ataupun luka tanaman akibat gesekan-himpitan-goresan. Berbagai tanaman yang sering diserang jamur adalah tomat, cabe, dan kentang ataupun tanaman lain.

Beberapa formula pengendalian jamur dan bakteri penyebab penyakit tanaman tersebut adalah sebagai berikut :

x Pengendalian dengan Tetumbuhan

Cara 1. Dengan empon-empon

Bahan :
1. Jahe 1 kg
2. Lengkuas 1 kg
3. Kunyit 1 kg
4. Labu siam 1kg

Caranya :
       Keempat bahan tersebut diparut lalu diperas dan disaring diambil airnya. Masukkan air saringan tersebut ke dalam botol atau tempat air lainnya untuk persedian sewaktu-waktu. Untuk pemakaian campurlah setiap satu liter air dengan 20 cc larutan fungisida tersebut.
Jika diperlukan untuk bahan perekat lain dan sekaligus sebagai protein bagi tanaman maka tambahkan 2 butir telur ayam untuk campuran fungisida alami.
 
 Cara 2. Bunga kertas atau Bougenville
Bunga kertas atau bougenville dapat juga digunakan sebagai bahan pestisida alami.

Bahan :
1. Daun Bougenville 1 kg
2. Susu sapi 1 liter

Caranya :
        Masukkan 1 kg daun bunga kertas taruhlah tong, masukkan air mendidih dan diamkan selama 24 jam. Tambahkan 1 liter air susu sapi rebus. Saringlah air larutan tersebut. Ramuan ini sudah siap dipakai sebagai pestisida alami dengan diencerkan 10 kali.
     Hama dan penyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu pada pisang dan lada, dan juga mengendalikan terjadinya penyakit pada tanaman.
 
Cara 3. Kenikir (marigold)
      Kenikir selain daunnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, kenikir yang warna bunganya berlainan dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami.
Bahan : 1 kg bunga kenikir (kenikir) bisa juga ditambahkan bahan-bahan lain.

Cara membuat :
Tempatkan 1 kg bunga kenikir dalam tempat bisa dari plastik atau gerabah. Tuangkan air mendidih sebanyak 10 liter dan diamkan selama 24 jam. Saringlah dan ambil airnya.

Cara penggunaan :
Air larutan tersebut disiramkan pada lahan tanaman yang terkena nematoda akar.

Cara 4. Daun Sirih dll.

Bahan :
1. Daun Sirih 6 genggam
2. Belerang ¼ kg
3. Labu Siam 2 kg
4. Jinten ¼ kg

Cara pembuatan : 
     Labu siam diparut sampai halus dan kemudian diperam. Ambil airnya. Belerang, daun sirih, jinten, ditumbuk hingga halus. Campur ketiga bahan tersebut dalam air perasan labu siam. Aduklah hingga merata. Larutan tersebut kemudian didiamkan hingga 1 minggu.

Penggunaan : 
        Campurlah larutan tersebut setiap 1 liter dengan 10 liter air dan semprotkan pada waktu matahari bersinar, atau setelah matahari terbenam.

Cara 5. Tembakau

Bahan :
Daun tembakau (sebaiknya limbahnya) 200 kg

Cara membuat :
Daun tembakau dihancurkan dengan mesin penghancur atau pisau menjadi serpihan kecil.

Aplikasi :
Benamkan 200 kg serpihan limbah daun tembakau per hektar lahan di sekitar perakaran tanaman atau dibenamkan bersama pupuk.

Cara 6. Biji Mimba
Bahan :
Biji mimba 20 gr atau daun mimba 50 gr
Deterjen atau sabun colek 1 gr
Air 1 liter
Cara membuat :
Haluskan biji atau daun mimba. Jika ada, penghalusan bahan tersebut dapat menggunakan blender. Bahan tersebut dicampurkan dalam 1 liter air dan ditambahkan 1 cc deterjen cair atau sabun colek. Larutan diendapkan semalam dan keesokan harinya disaring. Larutan yang sudah disaring siap digunakan.

Aplikasi :
Semprotkan larutan ke tanaman yang terserang penyakit. Apabila campuran daun atau biji mimba hendak diaplikasikan ke daerah perakaran maka campuran bahan tersebut tidak perlu disaring terlebih dahulu, tetapi langsung disiramkan ke daerah perakaran. Selain berperan sebagai pestisida nabati, bahan ini juga dapat berperan sebagai pupuk.

Cara 7. Daun Cengkih
(Ramuan untuk mengendalikan jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili)

Bahan :
Daun cengkih 50-100 gr

Cara membuat :
Daun cengkih dihancurkan sampai berbentuk serbuk atau tepung.

Aplikasi :
Taburkan dan benamkan tepung daun sengkih ke dalam tanah di sekitar perakaran tanaman sebanyak 50-100 gr per tanaman.
x Mengatasi busuk batang dan layu pada tomat

Pembuatan
1. Cari daun bambu yang masih muda, ambil bersama pucuknya yang belum mekar
2. Cabut daun dan pucuk sebanyak dibutuhkan
3. Siapkan pula kunir dan bengle serta ember yang terbebas dari minyak dan garam
4. Lumatkan daun bambu
5. Kupas kunir dan bengle kemudian hancurkan
6. Rendamlah setiap 2 kg daun bambu dalam 10 liter air selama 6 jam atau lebih
7. Rendamlah ½ kg kunir dan ½ kg bengle masing-masing dalam 2 liter air

Penggunaan
Campurkan 4 liter larutan kunir-bengle dan 10 lt larutan daun bambu. Tambahkan 10-20 lt air. Siramkan langsung pada tanaman dan media tanahnya. Daun bambu rendamannya bagus digunakan sebagai kompos.

(Pengalaman Iva A. UMY dalam Majalah Tani Lestari No. 5 ed. Nov-Jan 1998)

x Pengendalian dengan Jamur Antagonis
Jamur antagonis dikembangkan sebagai sebuah teknik untuk menggusur jamur penyebab penyakit pada tanaman. Jamur ini punya kemampuan berkembang biak dan daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan jamur pentebab penyakit. Ada beberapa jenis jamur antagonis yang sudah ditemukan, namun yang terbukti paling efektif dan mudah dikembangkan selama ini oleh petani adalah jenis Trichoderma sp, yaitu penggusur jamur penyebab busuk akar pada aneka tanaman.

§ Jamur Trichoderma

Pembiakan cara 1.
Bahan :
1. Bekatul (dedak padi halus)
2. Biakan/inokulan jamur Trichoderma sp
Alat :
1. Alat pengukus
2. Plastik
3. Tampah
Cara membuat :
1. Katul diperciki air sampai macak-macak/tidak basah betul/pero.
2. Kukus sampai matang.
3. Dinginkan dan di ler/diratakan pada tampah yang bersih setinggi 10 cm.
4. Inokulasikan biakan jamur kemudian tutup rapat dengan plastik.
5. Simpanlah ditempat terlindung sinar matahari pada suhu kamar

Pembiakan cara 2.
Alat-Bahan yang dibutuhkan :
- Sekam atau bekatul
- Gula
- Soblok/kukusan
- Pemanas/kompor
- Kantong Plastik bening
Cara pembuatan :
1. Sekam / bekatul dikukus sampai mendidih
2. Kemudian angkat dan kering anginkan
3. Setelah dingin masukkan ke dalam plastik dan berikan jamur Tricoderma bersama larutan gula 0,1 % dan simpan dalam suhu kamar.
4. Tunggu selama 3 hari , kemudian lihat setelah 3 hari. Bilamana muncul benang-benang warna putih berarti pembuatan jadi
5. Jamur Tricoderma yang sudah tua/jadi akan berwarna hijau kehitaman

x Fungisida dan Bakterisida Organik Sederhana
1. Siapkan daun rondo noleh, daun mindi, daun suren, daun tikusan, daun klereside, daun dan batang blekokan, kliko semboja, kliko pule, buah bawangan, daun kinang masing-masing sebanyak 1 kg kemudian ditumbuk halus dan dicampur air 5 liter
2. Siapkan jahe, laos, kunir masing-masing 1 kg kemudian ditumbuk halus dan dicampur air 2 liter
3. Campurkan larutan nomor 1 dan nomor 2 tersebut kemudian diperas dan disaring
4. Gunakan dengan dosis 2 sendok makan larutan dalam1 liter air kemudian disemprotkan pada bagian tanaman terserang.
5. Catatan : cocok untuk mengatasi aneka mikroorganisme pengganggu tanaman (jamur-bakteri)

Teh Kompos lawan Penyakit tanaman
Teh kompos atau air ekstrak kompos ternyata dapat dipakai untuk melindungi tanaman dari penyakit/ patogen daun. Juga sebagai inokulan guna memperbaiki dan meningkatkan mikroflora tanah. Penelitian di mancanegara menunjukkan, ekstrak kompos efektif mengendalikan penyakit tanaman. Antara lain Phytophora infestants di kentang dan tomat,Botrytis cinerea di stroberi, Fusarium oxysporum, plasmopara viticola (embun tepung) di anggur, dan Sphaerotheca fuliginea (embun tepung) di mentimun.
Komponen aktif dalam ekstrak kompos yang telah dikenali termasuk bakteri (Bacillus), kapang (Sporobolmyces, dan Cryptococcus), serta jamur. Juga bahan kimia bersifat antagonis seperti phenol dan asam amino. Melalui sterilisasi, dan penyaringan nonaktif, ditunjukkan kemanjuran ekstrak kompos karena peran organisme hidup yang ada dalam larutan itu.
Pembuatannya sangat mudah. Kompos cukup direndam dalam air bersih. Perbandingan kompos dengan air adalah 1 : 5 hingga 1 : 8 (volume/volume). Setelah diaduk merata, air rendaman didiamkan hingga terjadi fermentasi. Suhu yang diperlukan sekitar 15oC-20oC. lamanya waktu ekstrasi dianjurkan antara 2 minggu hingga 21 hari. Namun, biasanya cukup selama 3 hingga 7 hari. Setelah waktu ekstraksi tercapai, campuran air dan kompos tadi disaring. Tujuannya memisahkan larutan dengan kompos padat. Larutan hasil saringan inilah yang digunakan menyirami daun tanaman.

Selamat Mencoba

Growth Promoting Rhizobacteria



           GPR (Plant growth-promoting rhizobacteria) adalah bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa hidup di akar tanaman. Mikroorganisme ini hidup berkoloni di sekitar akar tanaman dan membantu memacu pertumbuhan tanaman.
PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit.


Bagaimana bakteri PGPR dapt memacu pertumbuhan?

         Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian disalurkan ke tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


Cara Membuat PGPR

• Biang PGPR
   Biang PGPR dibuat dari akar bambu sekira 250 gram yang direndam dalam air selama tiga malam.
• Bahan:
     20 liter air
     1/2 kg dedak/bekatul
     Terasi
    1 sdm air kapur sirih
• Cara membuat:
   Campur semua bahan, kemudian didihkan.
   Setelah dingin, campurkan 1 liter “biang PGPR”. Tutup rapat. Diamkan satu hingga dua mingggu.

PGPR kelapa
Selain cara di atas, biang PGPR juga dapat dikembangkan menggunakan air kelapa segar ditambah gula merah (tetes tebu lebih baik) dan kemudian difermentasi selama seminggu.

Aplikasi PGPR

1. PGPR dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan   perbandingan; 200 cc PGPR untuk 14 Liter air.
2. Benih yang direndam PGPR dapat merangsang pertumbuhan akar.


Catatan:
Bakteri PGPR adalah bakteri tanah yang masa hidupnya tidak panjang. Karena itu perlu mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih.


Semoga bermanfaat...........

Jumat, 08 Februari 2013

MEMPERBANYAK ANAKAN PADI


MEMPERBANYAK ANAKAN PADI

       Banyak anak banyak rejeki, falsafah ini sangat pas jika diterapkan dalam ilmu budidaya tanaman padi. Semakin banyak anakan produktif tanaman padi diharapkan akan semakin banyak malai yang terbentuk dan akhirnya diharapkan semakin banyak peningkatan produksi yang kita peroleh. Oleh karena banyaknya anakan produktif merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas tanaman padi selain banyaknya bulir isi pada tiap malai.
      Banyak sekali teori dan pengalaman dalam ilmu pertanian berbeda daerah berbeda budaya beda orang beda cara, demikian pula banyak sekali tips, teori dan metode untuk memperbanyak anakan tanaman padi. Bagaimana caranya untuk memperbanyak anakan produktif tanaman padi. Informasi ini kami peroleh dari berbagai sumber dan pengalaman dilapangan.

  1. Tanamlah bibit padi muda. Menurut informasi yang maspary peroleh semakin muda umur bibit padi akan semakin potensi memproduksi anakan yang lebih banyak. Umur terbaik untuk tanam padi adalah antara 10 – 18 hss (hari setelah sebar).
  2. Aplikasi pupuk Phospat seperti SP36 seawal mungkin (kalau perlu sehari atau 2 hari sebelum tanam). Pupuk SP36  membutuhkan waktu yang agak lama untuk bisa terserap oleh akar tanaman, oleh karena itu pemberian SP36 harus seawal mungkin. Salah satu fungsi unsur P yang terkandung dalam SP36 adalah merangsang pembentukan akar, oleh karena itu  maspary menganjurkan pemberian unsur P saat vase pembentukan anakan supaya anakan yang terbentuk bisa diimbangi dengan akar yang sehat, kuat dan panjang.
  3. Aplikasi pupuk Nitrogen seperti urea seawal mungkin. Maksimal 5 hari setelah tanam harus sudah diberikan. Unsur Nitrogen merupakan salah satu kunci utama dalam membantu pembentukan anakan, oleh karena itu saat proses pembentukan anakan jangan sampai belum tersedia unsur ini.
  4. Jangan tanam bibit padi terlalu dalam. Cukup 1-2 cm saja sudah cukup. Ini juga merupakan poin penting untuk meningkatkan jumlah anakan produktif tanaman padi. Tanam bibit padi yang terlalu dalam akan menghabiskan energi tanaman padi untuk menembus tanah penutupnya. Cuma didaerah saya yang menjadi kendala adalah tukang tanamnya yang sulit melaksanakan, yach….. karena terbiasa tanam dalam. Pernah saya menanyakan pada tukang tandur (tukang tanam) kenapa kalau tanam harus dalam, mereka menjawab katanya kalau nggak dalam nggak enak pak!!
  5. Pengairan yang tidak selalu tergenang. Jaga pemberian air pada tanaman padi secara periodik diairi lalu dibiarkan sampai kering (tanahnya pecah rambut) lalu diairi lagi demikian seterusnya.
  6. Penggunaan varietas unggul seperti benih padi unggul B3. Setiap varietaspasti akan mempunyai kemampuan sendiri-sendiri dalam membentuk anakan yang produktif.
  7. Jarak tanam jangan terlalu rapat, apalagi jika tanahnya subur. Walaupun anakan terbentuk banyak akan tetapi jika jaraknya terlalu rapat biasanya anakan tersebut menjadi kurang produktif. Kalau bisa gunakan sistem tanam jajar legowo seperti yang telah Gerbang Pertanian tulis beberapa waktu yang lalu. Tetapi jika jarak tanamnya menggunakan 40 cm gak perlu pake sistem legowo lagi.
  8. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (hormon tanaman) terutama yang mengandung sitokinin dan giberelin. Menurut maspary poin nomor 8 ini hanyalah opsional, jadi merupakan faktor pendukung saja yang boleh dlakukan dan boleh tidak. Jika mau diberikan sebaiknya bersamaan saat pemupukan oleh karena itu berikan ZPT yang bentuknya padat seperti ZPT Organik yang Gerbang Pertanian telah sediakan. Boleh juga disemprotkan saat umur 15 hst.
  9. Pemberian pupuk organik padat sebagai penyubur dan pembenah tanah. Ini berhubungan erat dengan kondosi kesuburan tanah anda dan proses penyerapan unsur hara yang akan diberikan pada tanaman. Oleh karena itu jumlahnya sangat relatif tergantung kondisi tanah masing-masing petani.
  10. Waspada terhadap hama dan penyakit. Hama yang punya potensi mengurangi anakan antara lain keong mas, sundep dan tikus. Sedangkan penyakit yang membahayakan saat pembentukan anakan padi adalah penyakit busuk pangkal batang padi. 

        Ternyata untuk memperbanyak anakan produktif pada tanaman padi tidak mudah ya…. banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi. Barangkali ada rekan-rekan Gerbang Pertanian yang punya tips lain yang lebih mudah untuk memproduksi anakan produktif tanaman padi silahkan hubungi maspary. Kita sharingkan ke teman-teman petani yang lain agar bisa membantu mereka dalam meningkatkan produksinya.
        Semoga sedikit tulisan yang terbentuk dari buah pikiran dan pengalaman ini bisa memberikan jawaban kepada petani atas persoalan peningkatan produksivitas tanaman padi di Indonesia.

Salam Pertanian!!

Masagus

Tanam Padi Metode S.R.I.


Tanam Padi Metode S.R.I. (System of Rice Intensification)



Pendahuluan

       S.R.I. adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Metode S.R.I. ini terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50 % bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100 %.
       Teknik S.R.I. ini telah berkembang di 36 negara antara lain Indonesia, Kamboja, Laos, Thailand, Vietnam, Bangladesh, Cina, Nepal, Srilanka, Gambia, Madagaskar dan lainnya.

        Dalam budidaya padi metode S.R.I. ini ada beberapa prinsip yang menjadi ketentuan, yaitu :

  • Tanam bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah sebar (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai.
  • Tanam bibit satu lubang satu batang dengan jarak tanam biasa 25 Cm x 25 Cm, 30 Cm x 30 Cm atau legowo 2.
  • Pindah tanam harus hati-hati karena batang masih lemah dan akar tidak putus dan ditanam tidak dalam.
  • Pemberian air maksimal 2 Cm dengan cara intermitten (berselang).
  • Penyiangan sejak awal pada umur 10 hari dan diulang sampai 3 kali dengan interval 10 harian.
  • Upayakan menggunakan pupuk organik.

Kelebihan S.R.I. dibandingkan dengan tanam padi secara biasa petani (konvensional) adalah :
a.    Tanaman hemat air.
b.    Hemat biaya benih.
c.    Hemat waktu karena panen lebih awal.
d.    Produksi bisa meningkat.

Budidaya Padi Metode S.R.I.
a.    Pengolahan Tanah

  • Tanah dibajak sedalam 25 – 30 Cm.
  • Benamkan sisa-sisa tanaman dan rumput-rumputan
  • Gemburkan dengan garu sampai terbentuk struktur lumpur yang sempurna, lalu diratakan sehingga saat diberikan air ketinggiannya di petakan sawah merata.
  • Sangat dianjurkan pada waktu pembajakan diberikan pupuk organik (pupuk kandang,pupuk kompos,pupuk hijau).
b.    Pemilahan Benih Bernas dengan Larutan Garam
        Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik (bernas) maka perlu dilakukan pemilihan, walaupun benih tersebut dihasilkan sendiri, atau benih berlabel yaitu dengan menggunakan larutan garam dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Masukan air kedalam ember, kemudian masukan garam lalu diaduk sampai larut, jumlah garam dianggap cukup bila telur itik bisa mengapung.
  • Masukan benih padi kedalam ember, kemudian pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Selanjutnya benih yang tenggelam/benih yang bermutu dicuci dengan air biasa sampai bersih.  

c.    Perendaman dan Pemeraman Benih
Setelah uji benih selesai proses berikutnya adalah:

  • Benih yang bermutu (tenggelam) direndam dalam air bersih selama 24-48 jam.
  • Setelah direndam, dianginkan (ditiriskan) selama 24-48 jam sampai berkecambah

d.    Persemaian
         Persemaian  untuk budidaya S.R.I dapat dilakukan dengan mempergunakan baki plastik atau kotak yang terbuat dari bambu/besek. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemindahan, pencabutan, dan penanaman.
Proses persemaian adalah sebagai berikut:

  • Benih yang dipergunakan tergantung pada kebiasaan/ kesukaan petani (bermutu baik/bernas).
  • Penyiapan tempat persemaian dilapisi dengan daun pisang yang sudah dilemaskan, kemudian diberikan tanah yang subur bercampur kompos (perbandingan 1:1), tinggi tanah pembibitan sekitar 4cm.
  • Benih yang ditaburkan ke dalam tempat persemaian, kemudian ditutup tanah tipis.  

e.    Penanaman

  • Pola penanaman bibit metoda S.R.I adalah bujur sangkar 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih jarang lagi misalkan sampai 50 x 50 cm pada tanah subur.
  • Garis-garis bujur sangkar dibuat dengan caplak.
  • Bibit ditanam pada umur 5-15 hari (daun dua) setelah semai, dengan jumlah bibit per lubang satu, dan dangkal 1-1,5 cm, serta posisi perakaran seperti huruf L.

f.    Pemupukan
       Takaran pupuk  an-organik (kimia) disesuaikan dengan anjuran. Hasil Demplot digunakan pupuk kimia sebagai berikut:

  • Pemupukan I pada umur 7-15 HST dengan dosis Urea 125kg/Ha, SP-36 100kg/ha.
  • Pemupukan II pada umur 20-30 HST dengan dosis Urea 125kg/ha
  • Pemupukan III pada umur 40-45 HST dengan dosis ZA 100kg/ha. jika tanaman belum bagus.

        Metode S.R.I sangat menganjurkan pemakaian pupuk organik (pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau/daun-daunan), penggunaan pupuk organik selain memperbaiki struktur tanah juga bisa mengikat air/menghemat air.  

g.    Penyiangan
        Penyiangan dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang jenis landak atau rotary weeder, atau dengan alat jenis apapun dengan tujuan untuk membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah.  Penyiangan dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih, sesuai kondisi sawah. Semakin sering dilakukan penyiangan akan dapat meningkatkan produksi.

h.    Pemberian air secara terputus/berselang
        Dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0,5 cm).  Pada periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai tanahnya pecah-pecah rambut.

i.    Panen
        Panen dilakukan setelah tanaman sudah tua dengan ditandai menguningnya semua bulir secara merata atau masaknya gabah. Bulir padi telah benar-benar bernas berisi. Bila dihitung dari pesemaian, maka umur panen lebih singkat dibandingkan dengan cara konvensional.

Rabu, 30 Januari 2013


Bikin Pupuk Kandang Sendiri Yuk !


Bagi para pecinta tanaman nama pupuk kandang sudah tak asing lagi. Bahan yang satu ini biasa dipakai campuran media tanam untuk mendapatkan hasil tanaman yang bagus dan prima. Di pasaran telah banyak beredar pupuk kandang yang dikemas dengan ukuran tertentu dan siap digunakan, bagi masyarakat perkotaan hal ini sangat praktis dan tinggal pakai.
Namun apakah pupuk kandang yang dijual di pasaran telah masak / matang atau terfermentasi secara sempurna ? Salah-salah tanaman kesayangan malah merana bahkan mati jika kita beli pupuk kandang dipasaran yang belum jadi beneran.
Terus bila kita memiliki banyak tanaman berarti perlu banyak pupuk kandang yang tentunya akan ada biaya ekstra untuk pembelian pupuk kandang dalam jumlah banyak. Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan membikin bahan itu sendiri.

Jika disekitar kita terdapat banyak kotoran ternak seperti sapi, ayam dll kita dapat memanfaatkanya sendiri menjadi pupuk kandang. Tanpa panjang lebar, mari kita bahas bagaimana membikin pupuk kandang yang murah, praktis dan tentunya dalam waktu yang cepat.
Pertama siapkan Fermentator yang berfungsi memfermentasi kotoran hewan atau sampah organik, dalam hal ini saya sering menggunakan SUPER DEGRA. Sekedar catatan, saya menggunakan Super Degra karena harga yang relatif murah, dan dapat memfermentasi kotoran ternak dengan waktu yang relatif singkat (4 hari).


Dosis 1 liter Super Degra, jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal, digunakan untuk 900 kg pupuk kandang, 75 kg sekam mentah, 25 kg dedak katul sehingga kita dapatkan hasil 1.000 kg pupuk kandang siap pakai. Namun jika Anda susah untuk mendapatkan dedak katul ataupun sekam mentah tidak masalah.
Berikut tahapan yang saya lakukan :


Siapkan kotoran ternak (dalam hal ini saya gunakan pupuk kandang dari sapi), kurang lebih sebanyak 2-3 karung plastik, hamparkan di tanah


 Kemudian tambahkan sekam mentah kira-kira 1 ember plastik 5 literan, (saya tidak menggunakan dedak karena susah mendapatkannya he he he )


Aduk kedua bahan tadi secara merata


Siapkan Super Degra, masukkan kedalam ember / gembor dengan dosis 2 cc / liter. Untuk bahan diatas saya gunakan satu tutup setara 20 cc.


Siramkan larutan pada campuran pupuk kandang dan sekam tadi secara merata, kalau bisa gunakan gembor agar air tersiram secara merata pada pupuk kandang.


Gunakan sebagian larutan dulu, Aduk pupuk kandang yang telah disiram air + Super Degra tadi secara merata, dan ulangi penyiraman sisa dari larutan yang ada dan aduk kembali agar merata. Jika adonan masih terlihat kering dapat disiram kembali dengan air biasa.


 Jika adonan sudah jadi, ditandai dengan : bila kita kepalkan dengan tangan tidak keluar air, dan bila hasil kepalan tidak hancur seperti gambar dibawah, maka proses pengadukan telah selesai.


Selanjutnya bikin gundukan kembali terhadap adonan yang sudah jadi dan tutup dengan penutup agar proses fermentasi berlangsung sempurna.

Tunggu hingga 4 hari, bila sebelum 4 hari suhu adonan terasa panas, buka penutup namun jangan aduk adonan..

Gambar berikut hasil akhir dari pengolahan pupuk kandang yang diuraikan diatas, pupuk kandang tinggal digunakan sebagai campuran media tanam untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimal.



Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk kandang ini adalah :
Buat adonan ditempat yang ternaungi, tidak kena sinar matahari langsung ataupun kena hujan.
Gunakan penutup adonan bukan dari bahan plastik, Anda bisa gunakan karung goni bekas, karpet bekas, tikar bekas atau sejenisnya, asalkan bukan dari plastik. Hal ini agar sirkulasi udara tidak terhambat sehingga suhu tidak meningkat drastis



MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR SENDIRI


Dalam bertani dengan murah dan mudah, salah satu komponen biaya yang dapat dihemat adalah dengan membuat pupuk cair sendiri.Di sekeliling kita banyak sekali bahan baku dan limbah yang dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk cair dalam jumlah besar.

Selain kompos yang berfungsi sebagai pupuk dasar,ada baiknya diberikan juga pupuk cair sebagai pupuk tambahan.Pemilihan pupuk cair ini dengan alasan agar lebih mudah diserap oleh tanaman.Banyak sekali literatur mengenai tata cara pembuatan pupuk cair.

Bahan dan alat yang dibutuhkan:
1.Kotoran domba/kambing
2.Air bersih
3.Ragi tape(boleh ditambahkan dengan mol buatan sendiri)
4.Drum plastik ukuran volume 100-120 liter air

Cara pembuatannya dapat dibuat dengan 4 langkah sederhana,yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini




Dengan cara seperti di atas,dalam waktu seminggu,pupuk cair sudah siap digunakan,cara penggunaannya,campurkan 15 cc pupuk cair untuk setiap 1 liter air,diberikan pada tanaman seminggu sekali.)

Jika sulit untuk mendapatkan kotoran hewan, dapat pula disiasati dengan cara yang diajarkan kang Utju Suiatna dari Ganesha Organic SRI,caranya:

Disiapkan tong plastik untuk diisi dengan air biasa,jika ada air kolam,boleh digunakan karena airnya mengandung populasi mikroba yang besar.Kemudian dikumpulkan daun-daunan dan rumput-rumputan yang mudah busuk seperti daun kipait yang biasa tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan.Baik daun dan rumput dikumpulkan dalam karung goni kemudian diikat.Langkah selanjutnya karung goni direndam di dalam air pada tong plastik.Untuk menambah populasi mikrobanya dapat ditambahkan mol yang dibuat sendiri ke dalam air.Tutup tong plastik rapat,dan dibiarkan selama seminggu.Hasilnya daun kipait dalam karung akan menyerupai kotoran sapi baik dari bentuk maupun baunya,sedangkan airnya akan menyerupai urine sapi.

Pada setiap fase pertumbuhan pada tanaman,diperlukan kandungan tinggi yang berbeda.Pengetahuan akan pupuk dengan unsur N,P dan K tinggi yang berbeda berguna  untuk memahami unsur apa yang sangat dibutuhkan tanaman pada setiap fasenya.Kebetulan ada literatur mengenai cara pembuatan dengan kandungan tinggi yang berbeda.Tulisan ini merupakan pedoman tepat guna dari Universitas Islam Indonesia.


1.Pupuk cair dengan kandungan N tinggi.
   Bahan-bahan:
   - 5 kg akar kacang tanah
   - Mikroorganisme lokal (mol) buatan sendiri
   - 5 kg rumput marenggo,bandotan,daun bambu kering,daun salam,daun sirsak
   - 30 liter air kelapa
   -  1 kg air gula
   - urine sapi
   Alat-alat: parang,ember,plastik,tali,tong plastik
Cara pembuatan: masukkan semua bahan ke dalam tong,tutup rapat dengan plastik.biarkan selama 2-3  minggu.Setelah masa tersebut,pupuk bisa dipakai dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaannya setiap 1 liter pupuk cair dicampur dengan 15-20 liter air.

Pupuk dengan kandungan N tinggi digunakan pada masa pertumbuhan tanaman/vegetatif. Kegunaannya untuk membangun pertumbuhan akar,batang dan daun.


2.Pupuk cair dengan kandungan P tinggi.
   Bahan-bahan:
   - Batang pisang yang dipotong secara vertikal
   - 1 kg gula pasir
   -  Mikroorganisme Lokal (mol) buatan sendiri

Cara pembuatannya:  batang pisang yang sudah dipotong vertikal dimasukkan ke dalam tong dan disusun rapi dengan posisi pori-pori menghadap ke atas,kemudian tong diisi dengan air  yang telah dicampur dengan gula pasir dan mol buatan sendiri.Selanjutnya tong ditutup rapat dengan plastik.Kemudian didiamkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk cair bisa digunakan, dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaanya setiap 1 liter pupuk cair dicampur dengan 15-20 liter air.

Pupuk dengan kandungan  P tinggi digunakan pada masa setelah bunga selesai atau mendekati masa pembentukan buah.



3.Pupuk cair dengan kandungan K tinggi.
   Bahan-bahan:
   - Serabut kelapa
   - 1 kg gula pasir
   - Mikroorgansime Lokal (mol) buatan sendiri.

Cara pembuatannya: semua serabut kelapa dimasukkan ke dalam air yang sudah ditambahkan gula dan dicampur dengan mol buatan sendiri.Didiamkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk cair bisa digunakan dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaan pupuk cair dengan kandungan K tinggi ini diaplikasikan  bersama dengan pupuk cair dengan kandungan P tinggi pada masa tanaman mulai tumbuh dan mulai berbuah.berfungsi untuk mengisi buah.


Cara menggabungkan kedua pupuk cair ini adalah sebagai berikut: 1 liter pupuk cair dengan kandungan P tinggi yang belum ditambah dengan air ditambahkan dengan  1 liter pupuk cair dengan kandungan K tinggi yang sudah ditambahkan dengan 15-20 liter air.Hasil gabungan kedua pupuk cair ini dapat diberikan langsung  ke lahan.


daun marenggo


bandotan


kacang tanah



























daun sirsak



daun salam



Di Jepang, bunga matahari tak sekadar tanaman hias dan solusi mengatasi radiasi nuklir. Ia diandalkan sebagai pemasok fospat di lahan pertanian.
Itulah pemandangan di kawasan pertanian Shonai, Yamagata Prefecture, kawasan Barat-Laut Pulau Honshu, Jepang. Kawasan ini dikenal sebagai sentra produksi kedelai varietas dadachamame. Di sana bunga matahari Helianthus annus ditanam pada lahan yang bersisian dengan lahan kedelai yang tumbuh subur. Bunga matahari ditanam berjarak 75 cm x 30 cm.
Pasca gempa-tsunami yang mengakibatkan bocornya PLTN Fukushima, banyak lahan pertanian di Jepang tak lagi dapat diolah. Terutama di bagian Timur pulau Honshu, meliputi provinsi Fukushima dan Ibaraki. Tanah pertanian di sana tercemar bahan radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Penanaman bunga matahari pun mulai digiatkan untuk menyerap bahan radioaktif dari tanah.
Tapi di kawasan Shonai bunga matahari ditanam dalam skala luas semata-mata untuk penyubur tanah. Isu radiasi tak menjadi momok bagi petani di sini. Jarak antara Fukushima – Shonai cukup jauh, sekitar 200 km. Gunung Gassan yang menjulang setinggi 1800 m dpl serta pebukitan yang berjejer di antara kedua wilayah menjadi sekat radiasi. Radiasi dalam jumlah kecil tetap saja terdeteksi, berkisar 0,042 microsievert/jam. Angka ini dianggap setara dengan tingkat radiasi alami yang dipancarkan batuan di kerak bumi.
Menurut Soma Kazuhiro, petani organis pendiri Gassan Pilot Farm, bunga matahari ditanam pada bentang yang luas—setara dengan luasan kedelai—sebagai bagian dari pergiliran tanaman. Namun begitu bunga matahari tua, ia dibabat begitu saja tanpa dipanen bijinya. Lazimnya bunga matahari dipanen sebagai bahan pangan atau ekstrak minyak. Biomassa bunga matahari dibiarkan membusuk di lahan sebagai pemasok fosfat pada musim berikutnya. Itulah teknik bertani organik untuk memenuhi kebutuhan fosfat kedelai dan tanaman lainnya.

Gilir Tanam

Sejatinya dulu kawasan itu bukan sentra pertanian organik. Semula saat lulus Fakultas Pertanian Universitas pada 1970 Soma Kazuhiro juga menggunakan pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Ia baru beralih ke pertanian organik ketika lahir keinginan tak ingin putranya yang saat itu masih balita mengkonsumsi pangan dari hasil pertanian yang menyisakan residu beracun. Niat Soma gayung bersambut karena bertemu juga dengan sekelompok calon konsumen yang menginginkan makanan sehat dan bebas pestisida sintetik.
Proyek pertanian organik yang ia namai Gassan Pilot Farm pun dimulai di lahan sewaan seluas 5 ha yang tandus dan berbatu. Ternyata sekadar bertani organik boros dan melelahkan. Contoh kebutuhan kompos per tahun mencapai 500 ton alias 100 ton per ha. Padahal hasil panen semua jenis tanaman hanya 200 ton atau 40 ton per ha. Perbandingan antara masukan dan hasil panen sangat tak seimbang.
“Ternyata bertani organik bukan hanya memakai pupuk organik. Saya sadar hal terpenting dalam bertani tanpa bahan sintetis adalah pergiliran tanaman,” tutur Soma. Ia lalu belajar teknik pergiliran tanaman tradisional Jepang dengan menggali pengetahuan petani-petani tua di sekitar Shonai. Fakta itu mirip dengan di tanahair. Sebetulnya bertani organik di Jepang pun sebuah ilmu tua yang dipraktekkan turun temurun sebelum era modern. Ia pun mulai meniru budidaya bergilir padi, keluarga kentang, keluarga kubis, lobak merah (turnip), wortel, dan kacang terutama kedelai.
Dengan rotasi itu Soma menghemat kompos 50%, tanpa mengurangi hasil panen. Produksi beras (bukan lagi gabah, red) rata-rata 4,5 ton per hektar per musim tanam. Sayang, rotasi pun ternyata tak berjalan mulus meski hasil panen stabil. Lambat laun Soma Kazuhiro menemukan gejala tak normal pada sebagian tanaman budidaya, terutama tumbuhan sesayur buah yang sekerabat dengan kentang. Pertumbuhan terung dan tomat cenderung melambat, berpostur pendek, berbatang kurus dan lemah. Tampak pula rona kebiruan pada daun. Sebagian buah berukuran kecil dan berwarna tak cerah. Tanda-tanda itu ia kenali sebagai gejala kekurangan unsur hara fosfat (P).
Usut punya usut lahan di Gassan Pilot Farm banyak mengandung unsur alumunium (Al). Alumunium terlarut dalam bentuk Al3+ punya kemampuan mengikat fosfat yang ditaburkan ke tanah. Fosfat pun terikat dalam bentuk senyawa alumunium phospat (AlPO4) yang mengendap dan tak larut. Fospat dalam bentuk tersebut tak dapat diserap akar tanaman. Akibatnya tanaman kurang mendapat pasokan fosfat.
Menambah konsentrasi batuan fosfat atau fosfat anorganik ke dalam tanah juga bukan jawaban. Bila kebanyakan fosfat cenderung mengendap dan membentuk lapisan yang keras. Ia lantas mencari cara lain sebagai solusi. Dari sebuah buku “Explicit Green Manure Plant” ia menemukan ilham memanfaatkan bunga matahari sebagai pupuk alami sumber fosfat.
Soma Hajime, putra Soma Kazuhiro yang kini memimpin Gassan Pilot Farm mengemukakan hasil penelitian sebuah universitas di Jepang. Ada banyak mikroorganisme yang mampu melepas ikatan Al pada P yang disebut mikroorganisme pelarut fosfat. Mikroorganisme organisme itu terbagi dalam dua kelompok besar yakni, bakteri dan fungi. Ternyata perakaran anggota keluarga kenikir-kenikiran itu selalu didomplengi jamur atau fungi Mycorrhiza Vesicular-Arbuscular (MVA). Mycorrhiza yang berasosiasi dengan bunga matahari termasuk tipe yang mampu melepaskan fosfat yang terikat alumunium. Ia mengeluarkan beragam asam organik dan enzim sehingga P terlepas lalu dapat diserap tanaman inang.
Sejak itu Gassan Pilot Farm menggilir lahan pascatanaman utama dengan bunga matahari. Biomassanya—biasanya berumur 4 bulan bulan pascatanam—dibiarkan membusuk dan terurai menyediakan fosfat siap serap bagi tanaman. Sejatinya teknik itu mirip dengan mengistirahatkan (bera) tanah dalam teknik pertanian tradisional di beberapa wilayah di Indonesia. Bedanya dalam masa istirahat lahan ditanami tanaman yang dapat memulihkan lahan yang “lelah” berproduksi.
“Meski ia bagian dalam pergiliran tanaman, periode penanamannya bisa 10 tahun sekali. Tapi di negeri tropis, bisa saja ditanam dengan frekuensi yang lebih sering dan periode tanam yang lebih singkat,” tutur Hajime Soma.

Layak Tiru
Bungamatahari sebagai pemasok fungi pelarut fosfat mengundang decak kagum Yukiko Oyanagi. Staff ahli pertanian di Asian Rural Institute itu mengaku baru mengetahui hal itu. “Saya sudah berkeliling ke pertanian organik di banyak negara di seluruh Asia dan Pasific, tapi baru menemukan di sini. Ini sebuah terobosan yang ramah lingkungan,” katanya. Ia juga mengakui kondisi tanah jepang banyak mengandung unsur logam seperti alumunium dan besi. Penyebabnya bahan induk tanah kebanyakan berasal dari muntahan material gunung berapi yang banyak terdapat di Jepang.
Kondisi alam Jepang bisa dikatakan serupa dengan di tanahair. Negeri Matahari Terbit itu berada di jalur pegunungan berapi (ring of fire) dan tanahnya cenderung masam. Pada tanah masam, fosfat yang dapat diserap tanaman akan sangat kecil meski diberikan masukan berlimpah dari luar. Fosfor akan terikat oleh alumunium (AlPO4), besi (FePO4), dan kadang terikat oleh mangan (MnPO4).
Di tanah air jenis tanah masam seperti Ultisol, Alfisol, dan Entisol pun banyak mengandung Alumunium terlarut. Bukan tidak mungkin teknik ala pertanian Shonai, Jepang, dapat diadopsi di Indonesia. Ia tentu tak hanya menyuburkan tanah secara alami. Lahan pertanian pun bakal terlihat cantik

Pada 2008 , ketika musim kemarau datang kami nyaris patah arang. Perlu kerja keras dan biaya tak sedikit untuk menyiram tanaman-tanaman yang baru ditanam. Setiap hari tanaman perlu disiram. Pagi disiram, siang tanah sudah kering, sebagian air hilang menguap.
Untung saja saat itu, satu anggota komunitas alami tani di Cijapun menyarankan satu teknik tradisional untuk atasi masalah penyiraman. Teknik penyiraman pakai bambu. Mereka namai lodong. Cara tradisional masyarakat Sunda ini sebenarnya sebuah teknologi tepat guna untuk irigasi tetes (drip irrigation).
Untuk membuat lodong perlu bambu berukuran besar. Potong sepanjang 3 ruas. Buku-buku bambu dibuat tembus kecuali buku paling bawah supaya air dapat masuk dan ditampung di dalamnya. Tapi di salah satu sisi paling bawah bambu dibuat lubang seukuran jarum supaya air dapat menetes keluar.
 Lodong bambu dipasang bertunjang berdiri sejajar pohon. Jarak antar pohon dan lodong kurang-lebih 5 jari. Setelah lodong siap, air dimasukkan ke dalamnya. Lodong dari 3 ruas bambu kuda dapat menampung kurang lebih 10 liter. Lalu akan keluar setetes demi setetes. Sepuluh liter air di lodong dapat bertahan selama 3 hari. Selama itu pula, kelembaban tanah di sekitar perakaran pohon dapat terjaga.

Supaya air yang menetes ke tanah tak hilang menguap, tanah di bawah pohon yang disiram perlu dilindungi dengan menebar jerami atau rumput kering dan bahan organik lainnya.
Dengan cara ini kami menyelamatkan sekitar 600 tanaman durian dan lengkeng di Cijapun dari kekeringan. Yang tak bisa diselamatkan, ya… apa boleh buat. Hehe.







MEMBUAT KOMPOS JERAMI


Kompos merupakan hasil penguraian parsial dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.


Kompos mampu memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk menggunakan kompos cenderung lebih berkualitas dibanding tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, lebih enak dan yang pasti lebih sehat.


Hal yang paling melimpah untuk dijadikan kompos adalah jerami. Jerami yang dihasilkan dari satu areal pesawahan, rata-rata 1,4 dari jumlah hasil panennya. Bayangkan saja jika dari satu hektar lahan sawah menghasilkan 6 ton padi, berarti jeraminya ada 8,4 ton. Dan kalau dibuat kompos dengan hasil rata-rata 60%, maka kompos yang dapat dihasilkan sebanyak 5,04 ton.


Hasil analisa laboratorium terhadap kompos jerami yang dibuat dengan menggunakan bakteri pengurai berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat pembuatannya. Namun demikian perbedaan tersebut tidak lah terlalu signifikan. Berikut adalah salah satu dari hasil analisanya:
-   Rasio C/N............. 21
-   C-Organik............. 35,11%
-   Nitrogen (N).......... 1,86%
-   Fosfor (P2O5)......... 0,21%
-   Kalium (K2O)......... 5,35%
-   Kalsium (Ca).......... 4,2%
-   Magnesium (Mg)...... 0,5%
-   Tembaga (Cu)........ 20 ppm
-   Mangan (Mn).......... 684 ppm
-   Zing (Zn).............. 144 ppm


Kalau mengacu pada nilai sesuai dengan hasil analisa di atas, maka dalam setiap ton kompos jerami memiliki kandungan hara setera dengan 41 kg urea, 6 kg SP36, dan 89 kg KCl atau sama dengan total NPK 136 kg. Dan untuk kompos yang dihasilkan dari satu hektar lahan (5,04 ton) setara dengan 206,64 kg urea, 30,24 kg SP36, dan 448,56 kg KCL. Tentunya jumlah ini cukup untuk dikembalikan lagi ke lahan sawah sebagai pupuk dan pastinya dapat menghemat biaya pembelian pupuk. Sungguh luar biasa, bukan!


Cara-cara pembuatanya adalah sebagai berikut:
1.     Siapkan larutkan dari B-Satu, gula dan air sesuai petunjuk pada label.
2.     Tumpuk jerami, harus diinjak-injak sampai padat, setinggi 25 cm.
3.     Beri kohe diatasnya kira-kira setebal 5 cm. Tahap ini sifatnya opsional, boleh dilakukan, boleh tidak. Kalau dilakukan tentunya akan lebih baik karena dapat memperkaya kandungan haranya.
4.     Taburkan dedak padi halus, tidak perlu tebal cukup tertutup rata saja.
5.     Siramkan larutan yang telah disiapkan ke seluruh permukaan bahan secara merata. Apabila larutan habis dan proses penyiraman belum selesai, larutan harus dibuat lagi.
6.     Lakukan lagi tahap ke-2 sampai ke-5 di atasnya secara berlapis-lapis sampai mencapai ketinggian 1 meter (4 lapis).
7.     Tutup seluruh bahan dengan pelastik yang gelap atau terpal. Usahakan sinar matahari dan air hujan tidak tembus (masuk).
8.     Seminggu sekali penutup dibuka, kemudian bahan kompos dibalik (atas jadi dibawah). Setelah pembalikan selesai, bahan kompos harus ditutup kembali. Tahap ini dilakukan pada minggu ke-1 sampai ke-3.
9.     Setelah 4 minggu, kompos sudah matang (jadi). Kompos boleh langsung disebarkan di sawah atau dikering anginkan dulu.


Kompos yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.     Warna menjadi coklat kehitaman.
2.     Terjadi perubahan bentuk fisik, menjadi remah.
3.     Suhu tidak panas (sama dengan suhu tanah).
4.     Tidak berbau.



Kompos yang sudah matang (jadi)